Tugas
Makala Biologi, Dampak Zat Adiktif
Penambah Aroma Pada Makanan
Penambah Aroma Pada Makanan
Di susun oleh :
Kelompok 5
1. Dahlia Andika
2. Duwi Cahya Ningsih
3. Fandri Bayu Kelana
4. Inna Garilita Aulia
5. Khusnul Nazilah
Dampak
Zat Adiktif
Penambah Aroma Pada Makanan
Penambah Aroma Pada Makanan
A. PENGERTIAN
ZAT ADIKTIF
Zat aditif adalah zat yang biasa
ditambahkan kedalam suatu jenis makanan atau minuman, sehingga makanan atau
minuman tersebut lebih menarik. Umumnya,zat aditif tidak memiliki nilai gizi.
Zat ini berfungsi untuk mengawetkan makanan, menambah rasa dan aroma, dan
mempermudah proses pembuatan makanan ataupun,minuman.
Pada zaman dulu, teknik pengolahan makanan hanya menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit, cabe, gula, pandan, dan sebagainya.
Pada zaman dulu, teknik pengolahan makanan hanya menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit, cabe, gula, pandan, dan sebagainya.
Zat aditif sintesis aman dikonsumsi selama
masih dalam ambang batas aman penggunaannya. Batas penggunaan bahan makanan
ini, diatur oleh Peraturan: Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
722/Menkes/PER/IX/88 tentang, Bahan Tambahan Makanan, berdasarkan ADI
(Acceptable Daily Intake), yaitu tidak menimbulkan bahaya jika dikonsumsi oleh
manusia dengan dasar perhitungan yaitu perkilogram berat badan.
B. KELOMPOK ZAT ADIKTIF
zat
aditif makanan dapat dikelompokan menjadi 14 kelompok berdasarkan fungsinya. Kelompok
– kelompok tersebut, yaitu :
1. Antioksidan dan antioksidan sinergis
2. Anti kempal
3. Pengasam, penetral dan pendapar
4. Enzim
5. Pemanis buatan
6. Pemutih dan pematang
7. Penambah gizi
8. Pengawet
9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
10. Pengeras
11. Pewarna alami dan sintesis
12. Penyedap rasa dan aroma
13. Sekuestran
14. Zat aditif makanan lain
1. Antioksidan dan antioksidan sinergis
2. Anti kempal
3. Pengasam, penetral dan pendapar
4. Enzim
5. Pemanis buatan
6. Pemutih dan pematang
7. Penambah gizi
8. Pengawet
9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
10. Pengeras
11. Pewarna alami dan sintesis
12. Penyedap rasa dan aroma
13. Sekuestran
14. Zat aditif makanan lain
C. ZAT PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN
Pemberi aroma adalah
zat yang dapat memberikan aroma tertentu pada makanan atau minuman, sehingga
dapat membangkitkan selera konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan
makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati. Zat pemberi aroma yang berasal
dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya minyak atsiri dan
vanili. Pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetik, misalnya: amil asetat
mempunyai cita rasa seperti pisang ambon, amil kaproat (aroma apel), etil
butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah
anggur). Jeli merupakan salah satu contoh makanan yang menggunakan zat pemberi
aroma.
D. CONTOH ZAT ADIKTIF PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN
Zat pemberi aroma banyak digunakan dari
golongan ester dengan rasa atau aroma buah. Kebanyakan zat pemberi aroma
digunakan dalam minuman.
Contoh :
1. Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
2. Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
3. Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
4. Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
5. Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
6. Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
7. Oktil asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
8. Metil salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
9. Propil asetat untuk pemberi aroma buah pir.
Contoh :
1. Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
2. Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
3. Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
4. Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
5. Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
6. Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
7. Oktil asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
8. Metil salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
9. Propil asetat untuk pemberi aroma buah pir.
E. DAMPAK ZAT ADIKTIF PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN
kalau memang tidak bisa dihindari, amankah
mengkonsumsi zat aditif pada makanan? Jawabannya tergantung pada zat
aditif makanan yang digunakan, kondisi penggunaannya, tujuan penggunaan,
jumlah dan ketepatan spesifikasinya. Jawaban yang lebih pasti adalah, bahan
pangan tanpa zat aditif belum tentu lebih aman daripada yang ditambahkan zat
aditif makanan. Contoh, mana yang lebih baik produk makanan yang muda tengik
atau yang telah ditambahkan antioksidan tokoferol (provitamin E) atau vitamin
C, sehingga tertunda ketengikannya?
Dalam
kaitan dengan keamanan pangan, penggunaan zat aditif pada makanan diatur
dengan berbagai peraturan, baik secara nasional maupun internasional. Secara
nasional, misalnya lewat peraturan yang dikeluarkan oleh Depkes maupun Keputusan
Presiden. Saat ini telah pula diatur dalaam Undang – Undang Pangan No.7 tahun
1996. Pada skala internasional, pengaturan zat aditif pada makanan
terdapat dalaam “Food Chemical Codex” dan aturan – aturan negara adidaya
seperti yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dengan FDA-nya yang juga banyak
dipakai sebagai acuan negara – negara lain.
F. DAMPAK PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF PADA MAKANAN
Zat
aditif yang ada pada makanan tidak selalu secara sengaja ditambahkan untuk
tujuan tertentu. Namun, ada juga zat aditif yang diperoleh secara tidak sengaja
muncul pada makanan. Zat aditif tersebut biasanya muncul pada proses pengolahan
makanan. Secara keseluruhan, penggunaan zat - zat aditif untuk campuran makanan
dapat berdampak positif dan negatif.
1.
Dampak
Positif Penggunaan Zat Aditif
Berbagai macam penyakit dapat muncul dari kebiasaan manusia
mengkonsumsi makanan yang kurang memperhatikan keseimbangan gizi. Misalnya,
penyakit gondok yang berupa pembengkakan kelenjar pada leher. Penyakit gondok
disebabkan karena tubuh kurang mendapatkan zat iodin. Penyakit gondok dapat
dicegah dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat iodin. Zat iodin
dapat kita peroleh dari garam dapur yang biasa digunakan untukmemberikan rasa
asin pada makanan. Selain penyakit gondok,kekurangan iodin dapat pula
menyebabkan penyakit kretinisme ( kekerdilan ). Orang yang memiliki penyakit
diabetes mellitus ( kencing manis ) perlu menjaga kestabilan kadar gula dalam
darahnya. Penyakit ini dapat disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat. Untuk
menjaga kestabilan kadar gula dalam darah, bagi penderita diabetes melitus
disarankan untuk mengkonsumsi sakarin ( pemanis buatan ) sebagai pengganti
gula. Kekurangan konsumsi makanan yang mengandung vitamin dapat menimbulkan
berbagai penyakit pada manusia, misalnya penyakit Xerophtalmia. Penyakit
Xerophtalmia merupakan penyakit yang menyerang mata, yaitu terjadinyakerusakan
pada kornea mata. Penyakit ini jika tidak diatasi,maka dapat menimbulkan
kebutaan. Untuk menghindaripenyakit Xerophtalmia, perlu mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung vitamin A.
2.
Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif
Kemajuan teknologi di bidang pangan dapat memacu manusia
untuk menciptakan bahan makanan dengan kualitas yang makin baik. Kualitas
makanan yang baik tidak dapat dilihat dari bentuk tampilan luarnya saja, akan
tetapi yang paling penting adalah kandungan gizi dalam makanan tersebut. Saat
ini telah banyak ditemukan makanan yang unggul karena telah melalui berbagai
proses produksi sehingga memiliki ketahanan yang lebih lama jika dibandingkan
dengan kondisi normalnya. Misalnya, ikan sarden dalamkemasan kaleng dapat
bertahan berbulan - bulan, bahkan hingga satu tahun lamanya tanpa mengalami
pembusukan. Ikan sarden tersebut dapat bertahan lama setelah ditambahkan zat
pengawet pada proses produksi makanan tersebut. Namun, bahan makanan yang
menggunakan zat pengawet tidak dapat dikonsumsi setelah melewati masa
kadaluarsa. Beberapa bahan makanan yang berdampak negatif terhadap orang yang
mengkonsumsinya adalah sebagai berikut.
a). Formalin yang digunakan sebagai pengawet makanan jika
dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu fungsi organ pencernaan,
kanker paru – paru, penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
b). Boraks yang
digunakan juga sebagai pengawet makanan bila dikonsumsi secara teur – menerus
dapat mengakibatkan mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal,serta
gangguan pada otak dan hati.
c). Natamysin yang digunakan sebagai zat pengawet
mengakibatkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
d). Kalium Asetat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat
menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.
e). Nitrit dan Nitrat yang digunakan sebagai zat pengawet
dapat mengkibatkan keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen
ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal,
dan muntah-muntah.
f). Kalsium Benzoate yang digunakan sebagai zat pengawet
dapat memicu terjadinya serangan asma.
g). Sulfur Dioksida
yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengakibatkan perlukaan lambung,
mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.
h). Kalsium dan
Natrium propionate adalah zat pengawet yang apabila digunakan melebihi angka
batas maksimum dapat menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
i). Natrium metasulfat zat pengawet yang dapat mengakibatkan
alergi pada kulit.
j). CFC dan Tetrazine yang digunakan sebagai zat pewarna
dapat merusak organ hati, ginjal dan meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada
masa kanak-kanak.
k). Rhodamin B adalah zat pewarna tekstil yang apabila
digunakan sebagai pewarna makanan dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan
keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.
l). Sunset Yellow yang dipergunakan sebagai zat pewarna
dapat menyebabkan kerusakan kromosom
m). Ponceau 4R yang apabila dipergunakan untuk pewarna
makanan dapat mengakibatkan anemia dan kepekatan pada hemoglobin.
n). Carmoisine (merah) adalah zat pewarna yang dapat
menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
o). Quinoline Yellow adalah zat pewarna makanan yang dapat
mengakibatkan hypertrophy, hyperplasian dan carcinomas kelenjar tiroid.
p). Siklamat yang digunakan sebagai zat pemanis dapat
menyebabkan penyakit kanker ( karsinogenik ).
q). Sakarin yang juga digunakan sebagai zat pemanis dapat
menyebabkan infeksi dan kanker kandung kemih
r). Aspartan yang juga digunakan sebagai pemanis buatan
dapat menyebabkan gangguan saraf dan tumor otak.
s). Penggunaan Monosodium Glutamat ( MSG ) sebagai
bahan penyedap dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf, kelainan
hati, trauma, hipertensi, stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan,
alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidak mampuan belajar, dan depresi.
G. Upaya Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif
Penggunaaan zat
aditif pada makanan sering kali menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak
yang paling sering muncul adalah dari penggunaan bahan aditif sintetik karena
menggunakan bahan kimia hasil olahan industri. Dari berbagai dampak negatif
yang ditimbulkan dari penggunaan bahan aditif, kita perlu berhati - hati dalam
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan zat aditif makanan
adalah sebagai berikut.
a). Mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat aditif tidak berlebihan.
b).
Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif dengan memeriksa kemasan,
karat atau cacat lainnya.
c).
Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna
aslinya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna tekstil.
d).
Cicipi rasa makanan tersebut. Lidah juga cukup jeli membedakan mana makanan
yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam,
misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar. Biasanya makanan-makanan
seperti itu mengandung penyedap rasa dan penambah aroma berlebih.
e).
Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
f).
Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam.
g).
Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi dan serta kadaluarsa yang
terdapat pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
h).
Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut
sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
i).
Amati komposisi serta bahan - bahan kimia yang terkandung dalam makanan dengan
cara membaca komposisi bahan pada kemasan.
j).
Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di
Departemen
Kesehatan atau belum.
KESIMPULAN
1.
Zat aditif adalah zat-zat tambahan
yang digunakan pada makanan dengan tujuan tertentu.
2.
Tujuan
penambahan zat aditif pada makanan adalah memberikan rasa sedap, mengawetkan,
memberi warna, pemanis, dan memberikan aroma.
3.
Untuk
menghindari bahaya dari penggunaan zat aditif, sebaiknya kita menggunakan zat
aditif yang alami dan mengurangi penggunaan zat aditif sintesis
4.
Fungsi dari bahan aditif pada makanan yaitu:
1. Meningkatkan kualitas makanan
2. Membuat makanan tampak lebih menarik
3. Menambah cita rasa pada makanan
4. Membuat makanan lebih tahan lama
5. Mencegah atau menghambat proses oksidasi
6. Mempertahanakan nilai gizi
1. Meningkatkan kualitas makanan
2. Membuat makanan tampak lebih menarik
3. Menambah cita rasa pada makanan
4. Membuat makanan lebih tahan lama
5. Mencegah atau menghambat proses oksidasi
6. Mempertahanakan nilai gizi
5.
Dampak
negatif penggunaan bahan aditif pada
makanan:
1. Menimbulkan penyakit jika tidak sesuai dosis atau berlebihan
2. Merusak kandungan gizi pada makanan
3. Menimbulkan alergi pada orang tertentu.
1. Menimbulkan penyakit jika tidak sesuai dosis atau berlebihan
2. Merusak kandungan gizi pada makanan
3. Menimbulkan alergi pada orang tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati,
Sri dkk.2009.Sains Biologi 2 SMA/MA.Jakarta: Bumi Aksara
Puspita,
Diana. 2009.Alam Sekitar IPA Terpadu.Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
www.scribd.com
www.sephinapt.com
www.
shvoong.com
00.50
Share:
informatif...terus maju....
BalasHapusInformatif. Bagus. Terimakasih ya. Sukses untuk kalian. Amin.
BalasHapus